RSS

melodi-melodi hangaaaat,,..

lihatlah dirimu lebih dalam,,,perlahan cobalah untuk memahami,,,
renungkan apa yang telah kou lakukan,,.coba mengerti seberapa mampu diri ini untuk menahan,,temukan beberapa kelemahan dalam dirimu dan dengarkanlah kata hatimu,,.

ikutilah melodi-melodi hatimu yang memberi bisikan hangat,,
imajinasimu kan membawa anganmu melayang,,terbang,,,,jauh dan tinggi
percayalah kou bisa lakukan segala hal yang kou anggap sulit,,
biarkan meresap dalam pikiranmu,,
dan perlahan semua kan berubah,,saat kou merasaaa..............
merasaaaaaaa hangaat dalam lindungan Allah,,,
dekatilaaah dan jangan biarkan kou menjauh walau kou harus lakukan lebiiih,,
tentang semua yang kou suka,,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS













Pertama aq benci,,! karna aq pasti tak bisa membenci kalian,,.
Kedua aq sayang,,.! karna sayang tak bisa lebih dekat dengan kalian,,.
Ketiga aq ragu,,.! karna kita tak mungkin mengulang masa indah itu,,.
Terakhir aq percaya,,.! bahwa kita yakin Allah kan pertemukan kita kelak,,.
 Ten G,,..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kado terakhir
Malam sunyi, bintang-bintang penuh harap, rembulan cerah pantulkan cahaya malam. termenung aku di bibir jendela, merasakan dinginnya malam. kulihat jalanan, sepi, hanya sekali dua kendaraan diizinkan lewat. Pukul 10.00 malam, aku tak beranjak tidur.
Aku termenung sejenak, bernafas dalam-dalam, perlahan ku hembuskan. dari mana uang hendak aku peroleh untuk membeli kado buat ayah. Mencoba mencari solusi yangtepat, hembus angin semakin kencang, menembus pakaian, hingga bulu kuduk ini berdiri. Jemari ini kuat menggenggam bantal, meremas lembut, tapi belum juga terjawab. Ide cemerlang, kain flanel dan mutee.
Uang jajanku pas-pasan, kubelikan selenbar kain flanel dan tiga bungkus mutee. Bermodalkan jarum dan benang kurajut mutee tepat di permukaan kain flanel. gambar penuh imajinasi, kurangkai mutee dengan penuh kasih cinta, kupandang kain flanel dengan penuh rasa.
Waktu luang, kumulai merangkai mutee barang hanya sedikit, kupandangi lagi, sesekali kuusap, kusentuh dengan lenbut. Kulakukan semua untuk kado pertama ayah.
matahari tenggelam, hari mulai gelap, selaras dengan suara adzan magribyang lantang, menyeru kami untuk segera pergi sholat. Waktu menggembirakan bagi"shoim", suasana berbuka masih kental di bulan romadhon ini. Kusayang tangan ibu, kukecup kedua pipinya, bergantian. Kusayang tangan ayah , kucium kedua pipinya, bergantian, kupeluk erat perut gendutnya, tanyaku polos"ayah, kalau ayah ulang tahun ayah mau dikasih apa?""ayah pengen punya anak sholeh dan sholehah, sayaaang..,"jawabnya mantap. "tapi ayah janji ya kalau Himma sudah besar kelas enam ayah enggak boleh ngrokok lagi?""iyaa, apasih yang enggak buat Himma, ayah akan berusaha."rayunya meyakinkan.
Kini sudah larut malam, motee-motee ini tak kunjung usai, banyak waktu terbuang, hanya untuk bermain. Mulai skarang tak boleh buang-buang waktu. kukepalkan tangan, berjanji pada diri sendiri.
Makanan habis, cepat sekali, disantap oleh para perakus, kami tertawa. Berbondong kami berjalan menuju masjid, melaksanakan sholat. Cihuiii makan enak nie, walau dengan daging kedele,tapi bila bersama-sama dan perut lapar langsung sikat abiis deech,,..?" Kataku spontan saat melihat mereka makan dengan tempe. "hahahahaaaaa,.." Tawa mereka menggemparkan suasana masjid.
kelas lima, level pendidikanku di SD. Masih suka bermain, suka bercanda, tertawa lepas bahkan sering lupa jam. Sore, kampung Kauman ramai, di langit-langit kampung, terdengar tawa lepas kami bari kejauhan, berlari, mengumpet. Saat kami asyik bermain, ayah datang "Himma, Yusuf ayo pulang, ini sudah jam berapa?!"teriaknya lantang, gaya polisi lalu lintas, tangan diacungkan lalu mengomel melihat anak-anak brandal ugal-ugalan nai montor.
memerah paha ini, kena cubit ayah, bervolume besar, dan bekas tabokan ayah padaku dan adik. kami nakal , kami curang , kami bandel, itu benar, tapi kami sayang ayah. terdianm kami dihadapan ayah, merah matanya saat memarahi kami, aku tahu itu, rasa tidak tega ayah. meneteslah air mata kami, menahan sakit paha ini. Suara ayah merendah, dipeluknya kami erat-erat, seakan tak ingin kehilangan barang berharganya.
Detik-detik idul fitri sangat terasa. tak sia-sia, ayah rajin membaca al-qur'an setiap malam daripada menonton tv, ayah merasa kemenangan di tangannya, kebahagiaan ayah kebahagiaan kami pula. Sholat idul fitri selesai bersamaan dengan mutee ku yang semakin sempurna. Beberapa hari lagi ayah ulang tahun,,.. sempunalah mutee buatanku. Seusai bermaaf-maafan di keluarga ibu, kami juga pergi ke keluarga dari ayah.
Tanggal sepuluh oktober 2007, kuhadiahkan motee buatanku untuk ayah. "ayah aku beri sesuatu untuk ayah,?"kataku menggoda"apa itu Himma,?"ayah tak mau kalah. "ini buatan aku lho ayah,,..?"ku berikan kain flanel itu. Dibukanya kantong bermotif jaring itu perlahan. "Wah indah sekali Himma, ayah bangga sama kamu sayang,.."kecupan manis, dan erat pelukan itu penuh kasih, kupeluk ayah erat-erat, membalas pelukannya.
 hari-hari berlalu begitu tak terasa. Kaki ayah kambuh, asam murat, kaku rasanya. akibat kebanyakan makan ayam kata ibu 15 oktober, ayah masuk rumah sakit ,dekat kampung. Rawat inap, rasarindu selalu muncul. tiap pulang sekolah aku langsung menuju ke kamar inap ayah. kucium pipi kirinya setiap kali datang dan pulang, aku tak boleh menginap , kata ibu, sakit gula bisa diobati dengan buah taloh, bulat merah jika sudah matang, sebesar kelereng kira-kira.
sore itu kusempatkan mencari buah talok, buah segar langsung aku order ke kamar inap, ayah masih terbaring, sekarang lebih banyak selang membalut tubuh ayah. sebenarnya aku ingin sekali menginap malam ini, tapi tetap saja ibu tak izinkan aku. akAkhirnya aku pulang bersama rombongan yang datang menjenguk ayah tadi sore. tidurku tak nyenyak, hanya ber-3 dirumah, aku Yusuf ,dan rahma. malam semakin larut, mataku setengah terpejam, masuk kedalam alam bawah sadarku. nyenyak tidurku membuat aku susah dibangunkan berkali-kali aku dibangunkan tetangga, membuat mereka sibuk. kedua adikku sudah diungsikan, tinggal diriku dikamar. Ibu datang, sekali bangun badanku ditarik hingga berdiri tegap, kupandang mata ibu memerah dan air mata menetes dengan bebas. sesaat ruangan senyap, sepi, hanya wajah ibu yang sembab yang kudapati. "Himma ayah pergi,,..?!" satu kata dan satu makna, air mata ini mengalir deras, membasahi pipiku. peluk erat ibu menenangkanku sejenak. langit-langit kamar penuh suara isak tangis yang semakin menyesakan dada. mungkin ini menjadi kado pertama dan terakhir ayah dariku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tadabur Alam
Sungguh kebesaran Illahi…pengalaman yang satu ini sangat mengesankan membuatku selalu mengucap namaMu disetiap detik langkahku. Jalam yang berpola miring membuat tubuh ini semakin tertantang untuk melanjutkan perjalanan bakti. Jalanan yang berpola menurunpun tak henti membuat lisan ini mengucap syukur. Sawah hijau nan lapang selalu membuatku terharu akan kebesaranMu ya Allah. Tak lepas pemandangan yang memenuhi seluruh mata memandang, Waduk Sermo dengan berliter-liter air yang ada didalam wadahnya.
    Melepas semua penat setelah beberapa jam berjalan, capek yang kurasa adalah jerih payang yang telah ku lewati, peluh ini hingga menetes tanda aku telah berusaha semaksimal mungkin. Tapi apa daya hanya karna sepasang tali sepatu saja, aku hingga di permainkan di tengah lapangan, menjadi bahan tontonan. Kami dihakimi oleh para senior, bak mapi yang begitu banyak kesalahan yang digali dari diri kami. Beratapkan langit beralaskan bumi kami berpijak dengan ke-2 kaki yang menopang seluruh beban badan kami. Selama berjam-jam pula kami di beri pengarahan hingga kami merasa tak berdaya.
    Esok nan cerah dengan goyangan para peserta maha bakti yang mengocok perut membuat kami lupa akan kejadian malam tadi. Tenda kami bak istana megah dengan peralatan masak yang super mewah “gor sothel, soblok lam panci..,,”  hatiku berkata lirih, akhirnya tibalah saat-saat meng khawatirkan yaitu disaat kami makan dengan beralaskan wajan.
    Lomba-lomba yang penuh kreatifitas membuatku tertantang untuk menonton hanya menonton payaaah. Tapi apa daya tiap-tiap kelompok harus mengirimkan pasukannya yang sudah memiliki senjata andalan “nyali pun mulai menciut membuat badan ini serasa terkalahkan oleh lawan sebelum bertanding”
     Hari-hari pun terasa sangat menyenangkan dengan berjuta pengalaman mengasyikan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa yang Terjadi padaku
               



   T
erlalu cepat kurasakan kesenangan itu berlalu, masa dimana liburan panjang setelah kelulusan tiba begitu mendadak di akhir bulan mei. Kehidupan pondok membuat ku sadar bahwa perjuangan untuk mencapai sebuah ksuksesan tidaklah mudah. Pengorbananku pun menjadi pendorong bangkitnya semangat dan spiritualku, tahajud kulakukan setiap malam, sholad dhuha tak pernah ku tinggalkan, melakaukan yang terbaik demi mencapai puncak kelulusan yang diinginkan.
   Perlahan kumasuki  jenjang pendidikan akhir dengan berjuta harapan dan doa yang selalu aku panjatkan di setiap sholatku. Bangwa aku akan melakukan amalan yang tlah ku dapat di pondok pesantren, sholat tahajud, dhuha, berbuat baik.
   Saat berkenalan dengan mereka aku ingin ada hal yang menarik yang bisa membuat ku berubah, menjadi manusia yang bisa mengerti segalanya yang dulu aku impikan, membuatku ceria di setiap detik hidup ini yang bisa menjadikan hidupku lebih hidup, menggambar apa yang telah aku gambarkan seperti dalam benakku, bersemangat belajar agar kita bisa mencapai cita bersama, membawaku pada pribadi yg lebih bersemangat dan pede.
  
Kulihat diriku masih terjatuh di dalam sepiku yang masih saja belum ku temukan sesosok hati menyapaku untuk bangkit tapi masih ku ingat 1 kata “seseorang takkan melihatmu di sana sebelum kou berusaha,,..”. saat ini aku belum bisa berbuat apa apa untuk diriku. Masih seperti dulu kututupkan mukaku dari semua yang ku pandang, aku masih ragu dengan langkah yang ku tempuh. Melangkah dan melangkah yang aku tahu, tanpa kenal lelah.
   Dalam sepi ini aku hanya butuh seseorang yang bisa mengerti aku dengan semua ktulusan hati smua senyumnya yang selalu membangkitkanku saat ku terjatuh, walau ku tahu bahwa tak ada satu pun orang di dunia ini yang sempurna tercipta, walau sempurna fisik tapi hati mereka belum tentu sempurna. Aku tak bisa berkata, berbuat, dan menyatakan sesuatu apa pun.
   Hari smakin lama semakin membuatku yakin bahwa ada orang yang bisa mengertiku. Kutunggu hingga mereka membuat aku percaya bahwa merekalah teman-teman ku. Seperti biasa yg ku alami aku selalu sendiri, tapi aku selalu merasakan kberadaan mereka ada, agarku tak merasa ksepian. Kutangkas semua kmarahanku agar tak menimbulkan konflik dalam pertemananku.
   Kebiasaan itu pun perlahan pergi dengan perlahan terdorong oleh kemalasanku. Tahajudku perlahan mulai ku abaikan, dhuha yang dulu sempat kutinggalkan sekarang perlahan kubangun kenbali tiang tiang yang mungki bertambah rapuh saat kutinggalkan, amal kebaikan yang sempat terkikis akan kesenangan yang kurasakan pun aku berusaha merapikannya kembali.
   Suatu saat ku temui hari dimana aku sangat merasakan bahwaku terjatuh terlalu dalam, membuatku slalu bertanya “apa yang terjadi padaq?” yang membuat hatiku bimbang tak menentu, tanpakata dan tanpa ekspresi dia menjauhi ku perlahan, walau hanya satu-dua hari tapi aku merasa dia sangat jauh denganku,
   Suatu siang yang berketurutan aku tak bisa mengikuti rapat di suatu orgnisasi yang telah aku ikuti. Karna alasan yang benar adanya, hingga aku tak bisa mengikuti rapat itu. “ayo la ikut  rapat, aaah kamu nii masak gg ikut lagi, kamu temen yang paling jahat yang aku kenal.” “tapi aku beneran gak bisa, aku harus ke dokter.” Jawabku dengan penuh pengharapan. Aku pun pergi meninggalkannya bersama teman-temannya.
Dalam perjalanan aku terus berdoa agar dia bias mengertiku, rasa was-was pun mulai muncul dan beberapa saat kemudian menghilang kembali. Hanya dzikir yang aku ingat.
Hari ini pun berlalu begitu cepat, membuatku tak begitu menikmati indahnya malam nan cantik. Pukul empat tepat alarmku berbunyi bersamaan dengan getaran hp yang menggelitik jemariku. Ternyata aku tertidur sangat lelap. Aku bergegas man did an merapikan diri mematut di depan kaca dan mulai memakai sepatu, lalu pergi menunggu bis.
 Matahari mulai muncul menyapa seluruh warga yang ada, sembari kunaiki bis yang perlahan mulai jalan matahari menyinari wajahku dengan penuh doa kebaikan. Kududuki kursi bis mustika tepat baris ke tiga di belakang sopir bus. Dan mulai ku baca buku bacaanku.
Ku hirup udara pagi dengan perlahan, segarnya udara pagi member semangat baru pada diriku. Kusapa semua teman yang ada, lagi-lagi kudapati wajah yang kurang bersahabat denganku. “Wajah itu…?” batinku bertanya.
Setelah hari itu, kulihat lagi wajah dan pandangan yang tak bias ku elakkan bahwa dia punya rasa yang tak enak padaku. Mulai ku berpikir apa yang salah akan diri ini?   Kejadian kemaren firasatku memburuk perasaanku jadi tak menentu ingin rasanya aku bertanya mengapa harus marah padahal bisa diselesaikan dengan pikiran dingin?
Rasanya badan ini sangat lemas, kuingat dahulu. Aku yang selalu ceria walau hati ini menangis. Aku salah, aku ingat bahwa dulu aku selalu ingin mendekatiMu, meminta pertolongan padaMU, menangis di hadapanMU, tapi sekarang aku lalai akan kodratku sebagai manusia, maafkan hamba yang telah lalai akan kebutuhanku.
Kucoba mendekatinya pelan-pelan tapi juga tak berhasil, kumencari waktu yang tepat dimana dia bisa menerimaku dengan baik.
Mungkin sekaranglah waktu yang tepat dimana dia bias menerima respon dariku, saat ini.”maafkan aku yang telah meninggalkanmu.” sesaat setelah semuanya luntur akan ketulusan senyumnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS